Wednesday, 18 January 2017

Serangan Mataram ke Batavia




Serangan ke kota Batavia, pusat VOC pada 1628 dan 1629 yang dilakukan Sultan Agung, raja Kesultanan Mataram bertujuan mengusir VOC dari Pulau Jawa.

Pada 1621, Kesultanan Mataram mulai menjalin hubungan dengan VOC. Kedua blah pihak saling mengirim duta besar. Ternyata, pihak VOC menolak membantu saat Kesultanan Mataram menyerang Surabaya. Penolakan VOC ini berakibat hubungan diplomatik dengan Kesultanan Mataram putus. Bebrapa tahun kemudian Sultan Agung memerintahkan pasukannya untuk menyerang Batavia yang menjadi markas VOC. Serangan pasukan Kesultanan Mataram ini mulai dilakukan pada 22 Agustus 1628. Awalnya pasukan Mataram mendarat di teluk Jakarta, dengan membawa sebanyak 59 perahu yang membawa 900 prajurit di bawah pimpinan Senopati Tumenggung Bahureksa dari Kendal. Empat bulan kemudian, tepatnya pada 3 Desember 1628 pasukan Kesultanan Mataram menuju Batavia.[1]



VOC yang sebelumnya bermarkas di Ambon, Kepulauan Maluku, mengirimkan utusannya untuk mengajak Sultan Agung agar mengizinkan VOC mendirikan loji-loji dagang di pantai Utara Mataram. Namun maksud VOC ini ditolak Sultan Agung. Pasalnya, bila pihak VOC diizinkan membuat loji-loji maka perekonomian di pantai Utara akan dikuasai oleh VOC. Alhasil, penolakan ini membuat hubungan Mataram dan VOC menjadi renggang.[2]

Pada 1619 VOC, berhasil merebut kota pelabuhan Jayakarta dari kekuasaan Kesultanan Banten. Kala itu Jayakarta merupakan kawasan Barat pulau Jawa yang belum ditaklukkan Mataram. Setelah VOC berhasil merebut kota Jayakarta kemudian mengganti namanya menjadi Batavia (Jakarta). Markas VOC pun dipindah ke kota Batavia. Menyadari kekuatan maskapai dagang asal Belanda tersebut, raja Mataram Sultan Agung mulai berpikir untuk memanfaatkan VOC untuk menghadapi Surabaya dan Kesultanan Banten.[3]
Sasaran Kesultanan Mataram sebelumnya adalah daerah Surabaya yang ada di bagian Timur Pulau Jawa. Lalu sasaran selanjutnya kawasan Banten yang ada di ujung Barat Pulau Jawa. Namun kenyataannya letak Batavia yang dekat dengan Banten menjadi penghalang sehingga perlu diatasi terlebih dahulu oleh Mataram. Pada April 1628, Kyai Rangga bupati Tegal dikirim sebagai utusan Mataram ke Batavia untuk menyampaikan tawaran damai dengan syarat-syarat tertentu. Namun, tawaran Mataram ini ditolak pihak VOC. Akibatnya, Sultan Agung memutuskan untuk menyatakan perang.[4] 



Serangan Pertama

Armada pasukan Mataram yang dipimpin Senopati Bahureksa, membawa sebanyak 150 ekor sapi, 5.900 karung gula, 26.600 buah kelapa dan 12.000 karung beras. Pihak Mataram menyampaikan hal ini sebagai alasan keinginan Mataram berdagang dengan Batavia. Namun kedatangan armada Mataram ini dicurigai pihak VOC. Hari berikutnya, VOC menyetujui sapi diturunkan, namun dengan syarat kapal Mataram hanya dip[erboleh menepi satu demi satu. Sekitar100 prajurit bersenjata dari garnisun Kasteel (benteng) keluar untuk menjaga-jaga.[5]
Hari ketiga, sebanyak tujuh kapal Mataram muncul lagi. Kali ini pihak Mataram beralasan ingin minta surat jalan dari pihak VOC agar dapat berlayar ke Melaka. Melihat situasi ini VOC, Belanda memperkuat penjagaan di dua benteng kecil utara dan menyiapkan artilerinya. Sore hari itu, sebanyak duapuluhan kapal Mataram menurunkan pasukannya di depan Kasteel. VOC pun terkejut dan buru-buru masuk benteng kecil. Sementara sejumlah kapal Mataram lain mendaratkan prajuritnya. Tak lama kemudian pasukan Mataram ini pun kemudian dihujani tembakan dari Kasteel.[6]

Pada 25 Agustus 1628, sebanyak 27 kapal Mataram lagi masuk teluk, namun berlabuh agak jauh dari Kasteel. Di sebelah selatan Batavia, prajurit Mataram mulai tiba, dengan panji perang berkibar. Pihak Kesultanan Mataram menyatakan keinginannya menyerang VOC, Belanda. Esok harinya, sebanyak 1.000 prajurit Mataram memasang kuda-kuda di depan Batavia. Pada 27 Agustus 1628, pasukan Mataram menyerang benteng kecil Hollandia yang terletak di sebelah tenggara kota Batavia. Satu kompi berkekuatan 120 tentara di bawah pimpinan Letnan Jacob van der Plaetten berhasil mematahkan serbuan pasukan Mataram, setelah terjadi pertempuran yang dahsyat. Sementara itu beberapa kapal VOC, Belanda datang dari Banten dan Pulau Onrust. Kapal-kapal ini mendaratkan sebanyak 200 prajurit. Kini Kasteel dipertahankan oleh 530 prajurit.[7]

Pasukan kedua Kesultanan Mataram tiba pada Oktober 1628, dipimpin Pangeran Mandurareja (cucu Ki Juru Martani). Total jumlah semua pasukan Mataram sebanya10.000 prajurit. Perang besar terjadi di benteng Holandia. Terjadilah pertempuran yang terbilang dahsyat. Namun sayanganya pasukan Mataram mengalami kekalahan karena kurang perbekalan. Menanggapi berita kekalahan pasukan Mataram ini Sultan Agung bertindak tegas. Pada Desember 1628, raja Mataram ini mengirim algojo untuk menghukum mati Senopati Tumenggung Bahureksa dan Pangeran Mandurareja. Pihak VOC menemukan 744 mayat orang Jawa berserakan, sebagian tanpa kepala karena dipenggal.[8] 

Serangan Kedua

Sultan Agung kembali menyerang Batavia untuk kali kedua pada 1629. Pasukan pertama dipimpin Adipati Ukur , yang berangkat pada Mei 1629, sementara pasukan kedua dipimpin Adipati Juminah berangkat pada Juni 1629. Jumlah total pasukan Mataram sebanyak 14.000 orang prajurit. Kegagalan serangan pertama diantisipasi dengan cara mendirikan lumbung-lumbung beras yang tersembunyi di Karawang dan Cirebon.[9] Namun pihak VOC tak kehilangan akal, mereka pun menggunakan mata-mata dan berhasil menemukan lumbung-lumbung beras itu. Pasukan VOC pun bergerak cepat dengan membakar semua lumbung beras itu. Musnahnya lumbung beras ini berakibat pasukan Mataram mengalami kekurang perbekalan. Terlebih lagi ketika pasukan Mataram akan menyerang Batavia timbul wabah penyakit malaria dan kolera yang menyerang para prajurit. Alhasil, kekuatan pasukan Mataram sangat lemah ketika sampai Batavia.[10]

Walaupun mengalami kekalahan lagi, serangan kedua pasukan Mataram ini berhasil membendung dan mengotori Kali Ciliwung. Tercermarnya Kali Ciliwung ini mengakibatkan timbulnya wabah penyakit kolera yang melanda Batavia. Gubernur Jenderal VOC yaitu Jan Pieterszoon Coen meninggal menjadi korban penyakit tersebut.[11] 

artikel referensi selengkapnya di  http://jakartapedia.bpadjakarta.net/



No comments:

Post a Comment