Monday, 25 September 2017

3 Benteng Terbesar di Indonesia


1. Benteng Keraton Jogja 4.100 meter

2. Benteng Keraton Buton 2.740 meter
3.Somba Opu, Makasar: 2.000 meter



Benteng Jogja:
http://wikimapia.org/#lat=-7.8081553&lon=110.3628159&z=16&l=0&m=b



Sebagai kerajaan besar, Kasultanan Yogyakarta mempunyai bangunan-bangunan besar dan megah. Dari bangunan-bangunan dengan arsitektur yang menawan hingga gedung-gedung dengan paduan gaya eropa, arab, atau china. Keelokan bangunan-bangunan ini membuat Keraton Yogyakarta dikagumi oleh wisatawan dari berbagai penjuru dunia.
Untuk menjaga kelangsungan Keraton Yogyakarta dan bangunan-bangunannya, maka dibuatlah benteng perlindungan yang kuat agar Keraton tidak mudah dimasuki musuh. Tak lama setelah Keraton Yogyakarta berdiri, dibangun benteng mengelilingi kompleks Keraton Yogyakarta. Seperti halnya benteng-benteng bangsa Eropa, di benteng keraton ini juga diletakkan meriam-meriam yang siap ditembakan.
Pojok Beteng dibangun oleh Sri Sultan Hamengkubuwono II pada tahun 1785-1787. Tujuan untuk membentuk kekuatan dan pengamanan kawasan keraton. Pada tahun pembuatan tersebut, Sri Sultan HB II masih menjadi putra mahkota. Lantas, saat didapuk menjadi pimpinan keraton, ia pun memperkokoh bangunan pojok beteng pada tahun 1809.
Benteng seluas  4.100 meter ,dengan tinggi antara 3 sampai 5 meter. Tembok benteng yang sangat kokoh ini mempunyai lebar hingga 4 meter, sehingga prajurit berkuda dapat berpatroli di atas tembok benteng. Di sekeliling benteng, dibuat parit keliling selebar kurang lebih 4 meter dengan kedalaman 3 meter.


Benteng Sultan Buton:
http://wikimapia.org/#lat=-5.4735436&lon=122.6019287&z=16&l=0&m=b&search=benteng%20buton






Benteng Keraton Buton merupakan salah satu objek wisata bersejarah di Bau-bau, Sulawesi Tenggara. Benteng peninggalan Kesultanan Buton tersebut dibangun pada abad ke-16 oleh Sultan Buton III bernama La Sangaji yang bergelar Sultan Kaimuddin (1591-1596). Pada awalnya, benteng tersebut hanya dibangun dalam bentuk tumpukan batu yang disusun mengelilingi komplek istana dengan tujuan untuk mambuat pagar pembatas antara komplek istana dengan perkampungan masyarakat sekaligus sebagai benteng pertahanan. Pada masa pemerintahan Sultan Buton IV yang bernama La Elangi atau Sultan Dayanu Ikhsanuddin, benteng berupa tumpukan batu tersebut dijadikan bangunan permanen. Pada masa kejayaan pemerintahan Kesultanan Buton, keberadan Benteng Keraton Buton memberi pengaruh besar terhadap eksistensi Kerajaan. Dalam kurun waktu lebih dari empat abad, Kesultanan Buton bisa bertahan dan terhindar dari ancaman musuh.


Somba Opu, Makasar:
http://wikimapia.org/#lat=-5.1905347&lon=119.406184&z=17&l=0&m=b






Benteng yang dibangun oleh Sultan Gowa ke IX, Daeng Matanre Karaeng Tumaparisi Kallonna tahun 1545. Percaya atau tidak bangunan itu dibangun dari tanah liat dan putih telur sebagai pengganti semen.

Sayangnya, pada 24 Juni 1669 benteng ini dikuasai oleh VOC dan kemudian dihancurkan hingga terendam ombak pasang. Di beberapa bagian terdapat patok-patok beton yang memberi tanda bahwa di bawahnya terdapat dinding yang belum tergali. Memang, setelah berhasil mengalahkan pasukan Kerajaan Gowa yang dipimpin Sultan Hasanuddin, Belanda menghancurkan benteng ini. Selama ratusan tahun, sisa-sisa benteng terbenam di dalam tanah akibat naiknya sedimentasi dari laut.

Secara arsitektural, begitu menurut peta dokumen di Museum Makassar, benteng ini berbentuk segi empat dengan luas total 1.500 hektar. Memanjang 2 kilometer dari barat ke timur. Ketinggian dinding benteng yang terlihat saat ini adalah 2 meter. Tetapi dulu, tinggi dinding sebenarnya adalah antara 7-8 meter dengan ketebalan 12 kaki atau 3,6 meter.

ILMUWAN Inggris, William Wallace, menyatakan, Benteng Somba Opu adalah benteng terkuat yang pernah dibangun orang nusantara. Benteng ini adalah saksi sejarah kegigihan Sultan Hasanuddin serta rakyatnya mempertahankan kedaulatan negerinya.

Pernyataan Wallace bisa jadi benar. Begitu memasuki kawasan Benteng Somba Opu, akan segera terlihat tembok benteng yang kokoh. Menggambarkan sistem pertahanan yang sempurna pada zamannya. Meski terbuat dari batu bata merah, dilihat dari ketebalan dinding, dapatlah terbayangkan betapa benteng ini amat sulit ditembus dan diruntuhkan.

Ada tiga bastion yang masih terlihat sisa-sisanya, yaitu bastion di sebelah barat daya, bastion tengah, dan bastion barat laut. Yang terakhir ini disebut Buluwara Agung. Di bastion inilah pernah ditempatkan sebuah meriam paling dahsyat yang dimiliki orang Indonesia. Namanya Meriam Anak Makassar. Bobotnya mencapai 9.500 kg, dengan panjang 6 meter, dan diameter 4,14 cm.

______________________________
Benteng Tertua di Indonesia










No comments:

Post a Comment