Wednesday, 9 May 2018

Nyi Ageng Serang , Srikandi Kepercayan Diponegoro




Nyi Ageng Serang
Raden Ajeng Kustiyah Wulaningish Retno Edhi (1752–1838), lebih dikenal sebagai Nyi Ageng Serang, adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia.




BiografiNyi Ageng Serang lahir dengan nama Raden Ajeng Kustiyah Wulaningish Retno Edhi di Serang (40 kilometer (25 mil) utara Solo), pada tahun 1752. [1] [2] Ayahnya adalah Pangeran Natapraja (juga dikenal sebagai Panembahan Serang), seorang pemimpin komandan perang Serang dan Pangeran Mangkubumi. [3] Dia juga keturunan Sunan Kalijaga. [1] Nama Nyi Ageng Serang diberikan kepadanya setelah ayahnya meninggal karena penyakit dan dia mengambil alih posisinya. [3]Dia membantu ayahnya untuk melawan pemerintah kolonial Belanda, yang menyerang mereka karena ayahnya masih mempertahankan pasukan, yang melanggar Perjanjian Giyanti. [4] Setelah pertempuran, dia ditangkap dan dibawa ke Yogyakarta. Kemudian, dia dikirim kembali ke Serang. [5]Pada awal Perang Diponegoro pada tahun 1825, Nyi Ageng Serang yang berusia 73 tahun memerintahkan pasukan itu dengan tandu untuk membantu Pangeran Diponegoro melawan Belanda.Selama perang, ia ditemani oleh menantunya, Raden Mas Pak-pak. [6] Dia juga menjadi penasihat perang. [7] Dia berjuang di beberapa daerah, termasuk Purwodadi, Demak, Semarang, Juwana, Kudus, dan Rembang. Dia juga ditugaskan untuk mempertahankan wilayah Prambanan dari Belanda. [5] Salah satu strateginya yang paling terkenal adalah penggunaan lumbu (daun keladi hijau) untuk disamarkan. Kekuatannya menempel lumbu ke kutub agar terlihat seperti kebun talas. [8] Dia berhenti berperang setelah 3 tahun, meskipun menantunya melanjutkan pertempuran. Meskipun melawan Belanda, dimulai pada 1833 mereka memberinya anuitas 100 gulden per bulan. [6]Dia meninggal di Yogyakarta pada tahun 1838. Jenazahnya dimakamkan di Beku, Kulon Progo, Yogyakarta. [9]WarisanNyi Ageng Serang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia melalui Keputusan Presiden nomor 084 / TK / 1974 pada 13 Desember 1974. [6] [10] Salah satu cucunya, Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, juga merupakan pahlawan nasional. [6] Namanya digunakan untuk pembangunan Kantor Kebudayaan dan Museum (Dinas Kebudayaan dan Permuseuman) di Jakarta Selatan. [11]


________________________________________________
Referensi
Komandoko 2006, hal. 245
Sudarmanto 2007, hal. 240Ajisaka 2008, hal. 17
Sudarmanto 2007, hlm. 240–241
Sudarmanto 2007, hal. 241
Ajisaka 2008, hal. 18
Komandoko 2006, hal. 246S
udarmanto 2007, hal. 242
Komandoko 2006, hal. 247
"Gaya Diponegoro". tokohindonesia.com. Diakses 9 Mei 2012.

    
"Nyi Ageng Serang". Ensiklopedi Jakarta. Diakses 9 Mei 2012.

BibliografiAjisaka, Arya (2008). 
Mengenal Pahlawan Indonesia. 
Jakarta: Kawan Pustaka. ISBN 9789797572785.Komandoko, Gamal (2006). 
Kisah 124 Pahlawan dan Pejuang Nusantara. 
Yogyakarta: Pustaka Widyatama. ISBN 9789796610907.
Sudarmanto, J. B. (2007). 
Jejak-Jejak Pahlawan: Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia. Jakarta: Grasindo. ISBN 9789797597160.

No comments:

Post a Comment