Gusti Raden Ajeng Siti Nurul Kamaril Ngarasati Kusumawardhani
(De Bloem Van Mangkunegaran)
Gusti Nurul yang cantik dan cerdas ini memang cukup menarik untuk
disimak. Beliau dilahirkan pada 1921 oleh GKR Timur Mursudariyah/
Adiknya GKR Mursudarinah istri PB X (putri sultan Jogja Hamengkubuwono
VII), yang merupakan permaisuri HRH Mangkunegoro VII. Saat lahir
orangtuanya memberinya nama Gusti Raden Ajeng Siti Nurul Kamaril
Ngarasati Kusumawardhani. Meski tumbuh dibalik tembok keraton, sang
putri yang disekolahkan di sekolah Belanda, memiliki gaya dan pandangan
hidup yang terhitung amat modern untuk masanya.
Tahun 1937, Gusti
Nurul diundang ke Belanda untuk menari di pernikahan Putri Juliana yang
dilakukan secara teleconference, yaitu musik gamelan Kanjut Mesem
dimainkan di Solo sedangkan Gusti Nurul mendengarkan alunan gamelan
melalui telepon dan menari dihadapan tamu undangan pernikahan.
Karena
sambungan telepon pada masa itu masih belum sebaik sekarang maka sang
Ibu masih memberikan aba-aba secara langsung berupa ketukan-ketukan.
Ratu Wilhelmina yang kagum pada Gusti Nurul memberinya gelar De Bloem
van Mangkunegaran atau kembang dari Mangkunegara.
Ada empat figur
top yang menjadi penggemar Gusti Nurul bahkan mereka juga berlomba
memperebutkannya. Mereka adalah Soekarno, Sultan Hamengkubuwono IX,
Sutan Sjahrir dan Kolonel GPH Djatikusumo.
Karena anak satu-satunya raja, yaitu Mangkunegara VII dari permaisuri. Kalau dari Selir (Concubine) buanyaaak…satu di antaranya BRAy Partini Djajadiningrat, tak kalah cantik dari adiknya, Gusti Nurul. Partini menikahi Hussein Djajdiningrat, cendikiawan terkenal dan bangsawan Banten, sekaligus kakek Dimas Djay. Kalau ayahnya mangkat, Gusti Nurul jadi Mangkunegara VIII. Tapi tak boleh. Karena dia perempuan.
Gusti Nurul kecil memegang lutut ayahnya, Mangkunegoro VII
Lagi Siaran di SRV (Solo Radio Vereneging) Radio Milik Pribumi Pertama yang didirikan Mangkunegoro VII
Gusti Nurul memiliki hobi yang tak biasa. Mulai dari bermain tenis dan
berkuda. Dia juga pernah bermain ski es. Pada zaman itu, kegiatan
semacam itu terasa aneh untuk kaum hawa.
Foto Gusti Nurul bermain
ski es dikutip detikcom dari buku "Gusti Noeroel Mengejar Kebahagiaan"
karya Ully Hermono. Di situ, Gusti Nurul berpose dengan seorang
perempuan bule dan ada keterangan, 'Aku senang mencoba hal baru. Apalagi
jika itu olah raga. Maka itu aku sempatkan bermain ski di antara salju
yang dingin'.
Karena anak satu-satunya raja, yaitu Mangkunegara VII dari permaisuri. Kalau dari Selir (Concubine) buanyaaak…satu di antaranya BRAy Partini Djajadiningrat, tak kalah cantik dari adiknya, Gusti Nurul. Partini menikahi Hussein Djajdiningrat, cendikiawan terkenal dan bangsawan Banten, sekaligus kakek Dimas Djay. Kalau ayahnya mangkat, Gusti Nurul jadi Mangkunegara VIII. Tapi tak boleh. Karena dia perempuan.
Salah apa jadi perempuan?
Beliau Menulis begini :"Di keyakinan saya, perempuan dan pria sama (kecuali soal menstruasi, mengandung, melahirkan dan menyusui). Kalau ada beda-beda pasti ada yang ‘koslet’ cara menafsirkannya. Siapa? Ya petinggi-petinggi agama itu, yang suka-suka menafsirkan kitab suci seenak dia sesuai tuntutan lingkungan dan jaman juga perut".
Topik Terkait:
Perkawinan politik Raja Solo dan Ratu Jogja
Dia adalah seorang putri keraton yang bernama lengkap Gusti Raden Ayu Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani. Ia adalah putri tunggal pasangan Raja Mangkunegara VII dan Ibunya adalah Gusti Kanjeng Ratu Timur, putri Sultan Hamengku Buwono VII. Putri keraton ini biasa disapa dengan panggilan Gusti Nurul .
Setelah sebuah sidang kabinet yang diadakan di istana presiden Jogjakarta, Soekarno, Sutan Sjahrir dan para menteri, untuk pertama kali baru melihat kecantikan Gusti Nurul. Sejak pandangan pertama tersebut, kedua "Bung" ini, yaitu Bung Karno dan Bung kecil, langsung terpincut hatinya dan berupaya untuk memikat Gusti Nurul dengan berbagai perhatian, kiriman surat-menyurat, dan juga siraman hadiah. Padahal sebenarnya kedua tokoh negara ini, kala itu telah menikah. Seperti Soekarno telah menikah dengan Ibu Inggit Garnasih dan juga kepada ibu Fatmawati. Sedangkan Sutan Sjahrir telah menikah kepada seorang wanita belanda yang bernama Maria Duchateau Pada setiap rapat kabinet yang digelar di Yogyakarta pada tahun 1946, Sutan Sjahrir selalu mengutus sekretaris pertamanya, Siti Zoebaedah Osman, ke Puri Mangkunegaran, untuk secara khusus mengantarkan kado yang dibelinya dari Jakarta. Bersama kado tersebut, ia juga lampirkan sepucuk surat tulisan tangan dari Sjahrir.
Sejak pertemuan di Jogjakarta tersebut, kekaguman Soekarno kepada kecantikan Gusti Nurul juga terus berlangsung selama bertahun-tahun. Soekarno bahkan secara khusus sempat mengundang Gusti Nurul ke Istana Cipanas, begitu revolusi usai. Lalu Soekarno secara khusus memanggil Basuki Abdullah dan meminta pelukis tersohor itu, untuk menuangkan seluruh kecantikan Gusti Nurul kedalam kanvas lukisan. Setelah selesai, lukisan tersebut kemudian dipajang di kamar kerja Presiden Soekarno di Istana Cipanas, untuk diamatinya setiap saat.
Gusti Nurul Menolak
Hubungan kisah cinta Sutan Sjahrir dengan Gusti Nurul lebih banyak melalui korespondensi. Menurut Nurul, Sjahrir tidak pernah menemuinya di Istana Mangkunegaran. “Saya hanya ketemu di Linggarjati,” kata Nurul, yang ketika itu diundang bersama kakaknya, Mangkunegara VIII beserta istri, serta ibunya, untuk menghadiri perundingan perdamaian di Linggarjati yang sangat terkenal itu pada tanggal 11 November 1946. “Kami menginap di rumah perundingan Belanda-Indonesia”.
Dalam sebuah wawancara di masa tuanya, Nurul sendiri sudah tak ingat lagi apa yang pernah dibicarakannya dengan Sjahrir. Yang dia ingat, Sjahrir pernah membelai pipi dan dagunya, lalu melamar perempuan yang pandai menari ini. Tetapi karena ia menentang perkawinan poligami, Gusti Nurul secara halus menampik semua uluran cinta kasih dari Soekarno, Sultan HB IX dan juga tentunya Sutan Sjahrir. Ia justru menerima lamaran seorang tentara militer, Jendral Soeryo Soerarso, yang ia nikahi dengan setia sampai akhir hayatnya.
Beliau Menulis begini :"Di keyakinan saya, perempuan dan pria sama (kecuali soal menstruasi, mengandung, melahirkan dan menyusui). Kalau ada beda-beda pasti ada yang ‘koslet’ cara menafsirkannya. Siapa? Ya petinggi-petinggi agama itu, yang suka-suka menafsirkan kitab suci seenak dia sesuai tuntutan lingkungan dan jaman juga perut".
Topik Terkait:
Perkawinan politik Raja Solo dan Ratu Jogja
Dia adalah seorang putri keraton yang bernama lengkap Gusti Raden Ayu Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani. Ia adalah putri tunggal pasangan Raja Mangkunegara VII dan Ibunya adalah Gusti Kanjeng Ratu Timur, putri Sultan Hamengku Buwono VII. Putri keraton ini biasa disapa dengan panggilan Gusti Nurul .
Setelah sebuah sidang kabinet yang diadakan di istana presiden Jogjakarta, Soekarno, Sutan Sjahrir dan para menteri, untuk pertama kali baru melihat kecantikan Gusti Nurul. Sejak pandangan pertama tersebut, kedua "Bung" ini, yaitu Bung Karno dan Bung kecil, langsung terpincut hatinya dan berupaya untuk memikat Gusti Nurul dengan berbagai perhatian, kiriman surat-menyurat, dan juga siraman hadiah. Padahal sebenarnya kedua tokoh negara ini, kala itu telah menikah. Seperti Soekarno telah menikah dengan Ibu Inggit Garnasih dan juga kepada ibu Fatmawati. Sedangkan Sutan Sjahrir telah menikah kepada seorang wanita belanda yang bernama Maria Duchateau Pada setiap rapat kabinet yang digelar di Yogyakarta pada tahun 1946, Sutan Sjahrir selalu mengutus sekretaris pertamanya, Siti Zoebaedah Osman, ke Puri Mangkunegaran, untuk secara khusus mengantarkan kado yang dibelinya dari Jakarta. Bersama kado tersebut, ia juga lampirkan sepucuk surat tulisan tangan dari Sjahrir.
Berbelanja Bersama Sutan Syahrir
Lukisan Karya Basuki Abdullah yang diperintahkan IR. Soekarno untuk melukis Gusti Nurul, Untuk dipajang di ruang kerjanya di Istana Cipanas.
Gusti Nurul Menolak
Hubungan kisah cinta Sutan Sjahrir dengan Gusti Nurul lebih banyak melalui korespondensi. Menurut Nurul, Sjahrir tidak pernah menemuinya di Istana Mangkunegaran. “Saya hanya ketemu di Linggarjati,” kata Nurul, yang ketika itu diundang bersama kakaknya, Mangkunegara VIII beserta istri, serta ibunya, untuk menghadiri perundingan perdamaian di Linggarjati yang sangat terkenal itu pada tanggal 11 November 1946. “Kami menginap di rumah perundingan Belanda-Indonesia”.
Dalam sebuah wawancara di masa tuanya, Nurul sendiri sudah tak ingat lagi apa yang pernah dibicarakannya dengan Sjahrir. Yang dia ingat, Sjahrir pernah membelai pipi dan dagunya, lalu melamar perempuan yang pandai menari ini. Tetapi karena ia menentang perkawinan poligami, Gusti Nurul secara halus menampik semua uluran cinta kasih dari Soekarno, Sultan HB IX dan juga tentunya Sutan Sjahrir. Ia justru menerima lamaran seorang tentara militer, Jendral Soeryo Soerarso, yang ia nikahi dengan setia sampai akhir hayatnya.
Yuk di add pin WA: +628122222995
ReplyDeleteSabung ayam online dan semua jenis permainan judi online ..
Semua bonus menarik kami berikan setiap hari nya ... :)
www,bolavita, ltd sabung ayam di bali